KURAWA
Mengenal 100 Kurawa
WAYANG
WAYANG
MENGENAL 100 KURAWA
Cerita Wayang
Mendengar kata Kurawa, atau membaca kata Kurawa, yang terlintas pada kita mereka merupakan 100 sosok orang yang jahat. Bagaimana kalau kita mengenal lebih dekat pada Kurawa. Siapakah sebenarnya 100 orang Kurawa itu. Mengapa mereka harus jahat.Apakah mereka ada sisi baiknya.
Karena didikan Patih Sengkuni, yang merupakan paman dari mereka, menjadikan sifat Kurawa jahat kepada Pandawa.
Dewi Gandari
dan Patih Sengkuni dendam, sejak Pandu menyerahkan Dewi Gendari kepada
Drestarastra, unuk diperistri Drestarastra. Dewi Gendari sebelumnya
merasa nyaman kalau diperistri Prabu Pandu. Kalau Dewi Gendari
diperistri Prabu Pandu, maka tidak akan ada Pandawa ataupun Kurawa.
Tetapi mungkin saja kejadian perebutan kekuasaan itu akan ada.
Tetapi kelihatannya, andaikata Dewi Gendari
menjadi istri Pandu, agaknya tetap masih ada perebutan kekuasaan
antara anak Permaisuri Dewi Kunti dan anak selir Dewi Gendari. Putra
Dewi Gendari pastilah akan merebut kekuasan, karena patih Sengkuni ada
disitu.
Tidak akan terjadi perebutan kekuasaan
andaikata Dewi Gendari yang menjadi Permaisuri. Karena Pandawa tidak
akan berbuat sekeji Kurawa. Marilah kita berkenalan
dengan mereka.
Nama nama 100 Kurawa ;
Versi India Versi Indonesia Versi Indonesia terbaru
- Duryudana; Duryudana Duryudan,
- Dursasana Dursasana Dursasana
- Abaya; Durjaya; Abaswa
- Adityakethu; Durmasama; Adityakethu
- Alalupa; Durgempo; Alobha
- Amapramadi; Durmana; Anadhresya
- Anadrusya; Dursara; Anudhara
- Antudara; Durbahu; Anuradha
- Anuwanda; Durkundha; Anuwinda
- Aparajita; Durmada; Aparajita
- Ayubahu, Durdarsa; Aswaketu
- Bahwasi; Dirgaroma; Bahwasi(Balaki)
- Bilawardana; Dursatwa; Balawardana
- Bimabala; Durdara; Bhagadatta (Bogadenta)
- Bimawega; Dirgama, Bima
- Bimawikra; Dirgalasara; Bimabala
- Carucitra; Durmandaka; Bimadewa
- Citra; Duspradasa; Bimarata
- Citrabana; Durkaruna; Carucita
- Citraksa; Durkarana; Citradama
- Citrakundha; Dusparajaya; Citrakala
- Citrakundhala; Durpramata; Citraksa
- Citrangga; Durwega; Citrakunda
- Citrawarma; Duryudha; Citralaksya
- Citrayudha; Durmuka; Citrangga
- Danurdara; Durmagati, Citrasanda
- Dirkabahu; Genthara; Citrasaya
- Dirkaroma; Genthiri; Citrawarman
- Dredhahasta; Bogadenta Dharpasandha
- Dredhakarmawu; Hanudara, Dhreksetra
- Dredhasathra; Halayuda; Dirgaroma
- Dredharatasraya; Nagadhata; Dirgabahu
- Dredhasandha; Udadara; Dhirgacitra
- Dredhawarma; Dirgabahu; Dredhahasta
- Duradhara; Darmamuka; Dredhawarman
- Durdarsa; Jalasaha; Dredhayuda
- Durmada; Wisalaksa, Dretapara
- Durmarsana; Watawega; Duhpradhasana
- Durmuka; Ugrayudha; Duhsa
- Dursaha; Bomawikatha; Duhsah
- Dursala; Wikathaboma; Durbalaki
- Durwigaha; Citraboma; Durbharata
- Durwimuca; Habaya; Durdharsa;
- Duskarna; Mahabahu: Durmada
- Dusparajaya; Jalasantaka; Durmarsana
- Duspradarsa; Rudrakarman; Durmuka
- Jalagandha; Jalasuma; Durwimocana
- Jarasandha; Carucitra; Duskarna
- Kancanadhwaja; Dwilocana; Dusparajaya
- Karna; Dursana; Duspramana
- Kawaci; Dursaya; Hayabahu
- Kradhana; Dredakesti; Jalasandha
- Kundhabedhi; Ekatama; Jarasandha
- Kundhadara; Dredhaseta; Jayawikata
- Kundhasae; Trigarsa; Kanakadhwaja
- Kundhasi; Dretgayuda; Kanakayu
- Kundhy; Citrayuda; Karna
- Mahabahu; Dredawarma; Kawacin
- Mahodara; Hagnyadresya; Krathana
- Nagadata; Patiwega; Kundhabedi
- Nandha; Bimarata; undhadara
- Misamgi; Brajasandha; Mahabahu
- Pasi; Wirabahu; Mahacitra
- Pramadha; Bimawega; Nandhaka
- Sadasuwaka; Balawardhana; Pandhikunda
- Saha; Danurdara; Prabatha
- Sala; Balakindha; Pramathi
- Sama; Bimasuwala; Rodrakarman
- Sarasana; Gardapura; Sala
- Sathwa; Gardapati; Sama
- Satyasandha; Windadini; Satwa
- Senani; Naranurwindha; Satyasandha
- Somakirti; Sulacana; Senani
- Subahu; Wiwingsata; Sokarti
- Subasta; Kundasyin; Subahu
- Sujata; Adityakethu; Sudatra
- Sulocana; Aprajita; Suddha
- Sunaba; Agrasana; Sugrama
- Susena; Sunarsonawana; Suhasta
- Suwarca; Agrayayin; Sukasananda
- Suwarma; Kartamarma; Sulokacitra
- Suwiryaba; Kartadendha; Surasakti
- Ugrase; Kratana; Tandasraya
- Ugrasena; Kenyakadaya; Ugra
- Ugrasrawas Citraksa; Ugrasena
- Ugrayuda; Citrawarma; Ugrasrayi
- Upacitra; Citrakundala; Ugrayudha
- Upananda; Citraga; Upacit
- Umanaba; Citrabana; Upanandaka
- Walaki; Somakirta; Umanaba
- Natawiga; Subarsona; Wedha
- Wikarna; Subardisona; Wicitrihatana
- Wikatinanda; Ugraweya; Wikala
- Windha; Citradama; Wikatanana
- Wirabahu; Upanandhaka; Windha
- Wirajasa; Ugrasewa; Wirabahu
- Wirawi; Upacitra; Wiradha
- Wisalaksa; Senani; Wisakti
- Wiwitsu; Wahkawaca; Wiwitsu
100. .Wrendaraka. Citraksi Wyudaru
(Wiyudarus)
(Wiyudarus)
101. Yuyutsu
102. Dursala
Keterangan :
Prabu Anom Duryudana atau Suyudana, memiliki Permaisuri Dewi Banowati, putera Prabu Salya, Raja
Mandaraka dengan Dewi Pujawati Setyawati. Dari Dewi Banowati, Duryudana memiliki putera, seorang
anak laki laki bernama, Raden Lesmana Mandrakumara dan seorang anak perempuan, bernama Dewi
Lesmanawati.
Sebenarnya kalau kita mengikuti perjalanan sejarah Pandawa Kurawa, kita merasa kasihan pada Pandawa. Kurawa memang bertindak kejam, mereka dengan mudah mengingkari undang undang atau aturan aturan yang ada di negara Astina, mereka dengan mudah mengambil alih kekuasaan negara Astina, dan berhasil mengusir Pandawa dari Astina bahkan dari negaranya sendiri Indraprasta. Semuanya terjadi dalam permainan dadu yang di adakan oleh Patih Sengkuni.
Mereka begitu tega merampas harta Pandawa sampai habis, sampai sampai Pandawa kehilangan martabat, sampai sampai masing masing pribadi Pandawa dan Dewi Drupadi menjadi tarohan. Pandawa sampai sampai dilucuti pakaian yang dipakai, hingga hampir hampir mereka telanjang.Terlebih lebih Dewi Drupadi mengalami nasib yang tragis, ia ditelanjangi oleh Dursasana. Namun Batara Wisnu melindunginya. Setiap pakaian yang dibuka oleh Dursasana, selalu ada penggantinya, sehingga Dursasana gagal melucuti Drupadi. Pandawa menjadi bulan bulanan Para Kurawa.
Kesengsaraan Pandawa yang seperti itu tadi, ternyata baru merupakan tahap awalnya saja. Setelah itu Kurawa memaksa Pandawa harus menjalankan masa buangan selama 13 tahun. Hukuman buang itu akan di ulang, apabila selama hukuman, ketahuan para Kurawa,
Apakah yang terjadi sebenarnya pada keseratus orang Kurawa, sehingga berbuat kejam pada Pandawa,sehingga menjadikan penderitaan yang amat luar biasa ini.
Para Kurawa berbuat sedemikian rupa karena kesengsaraan pula yang dideritanya.
Pertama Kurawa merasa berhak menjadi raja, karena Drestarastra ayah mereka putera sulung.Prabu Abiyasa. Namun Drestarastra mendapat halangan dengan adanya Undang Undang yang mengharuskan Drestarastra kehilangan haknya sebagai raja, karena kebutaannya. Dewi Gendari, ibu dari Kurawa mendapatkan suami yang tidak diinginkannya.
Dalam kehidupan sehari hari, mereka juga tidak bisa mengimbangi kepandaian Pandawa.dan juga dalam berebut simpatik dengan rakyat Astinapura.
Saat saat Kurawa mendapat tekanan perasaan sedemikian, mestinya ada seorang tokoh yang membimbing, sehingga mereka akan berlaku baik kepada Pandawa. Namun pembimbing itu bernama Sengkuni.Pamannya. Patih Sengkuni, adalah yang menentukan watak dan perangai para Kurawa. Patih Sengkuni seorang yang culas, jadi Patih saja, dengan cara yang licik, ia melakukan usaha pembunuhan pada Patih Gandamana, namun Gandamana selamat. Tetapi Gandamana tidak mempertahankan kedudukannya sebagai patih Astina, malahan mengundurkan diri dari kepatihan Astina pada jaman Prabu Pandu Dewanata.
Para Kurawa memang tidak bisa bersaing dengan Pandawa.Misalnya,Pertama dalam berebut mencari wahyu Cakraningrat, antara Abimanyu dari pihak Pandawa dan Lesmana Mandrakumara, dari pihak Kurawa, ternyata Abimanyu yang mendapatkannya. Juga wahyu wahyu lain, Pandawa yang selalu mendapatkannya, antara lain, Wahyu Makuta Rama, dsb.
Lesmana Mandrakumara, Putera Prabu Suyudana, sebagai Pangeran Mahkota Astina, ternyata tidak memiliki jodohnya. Berkali kali Prabu Suyudana melamarkan gadis untuk menjadi istri Lesmana Mandrakumara, namun selalu gagal. Dengan Dewi Siti Sendari, gagal, dengan Dewi Pregiwa juga gagal, juga dengan Pregiwati pun gagal. Memang tidak memiliki keberuntungan juga.
Dan "kemalangan" berikutnya, terjadi juga pada Prabu Suyudana, Permaisurinya yang bernama Ratu Banowati, konon oleh sebuah versi diceritakan, bahwa sebelum kawin dengan Prabu Suyudana, sudah mengandung anak Arjuna. Sebenarnya Banowati dan Arjuna sudah saling jatuh cinta. Mereka saling mencintai. Ketika Banowati mendapat lamaranan dari Prabu Suyudana. Banowati menolak,karena Banowati sudah mempunyai pilihan sendiri yaitu Arjuna. Namun ayahandanya, Prabu Salya bersikeras kalau Banowati harus kawin dengan Prabu Suyudana, Raja negara besar dan kaya raya. Sedangkan Arjuna, cuma seorang Adipati. Lagi pula Prabu Suyudana waktu melamar kakaknya Banowati, yaitu Surtikanti dahulu, gagal,karena di jagal oleh Suryaputra, apa sekarang mau gagal lagi. Maka alangkah malunya, Prabu Salya, kalau sampai kali ini lamaran Prabu Suyudana pada Banowati gagal lagi. Maka dengan sangat terpaksa, Dewi Banowati dikawinkan dengan Prabu Suyudana, dalam acara yang diselenggarakan dengan meriah. Walaupun dalam hati Banowati ia tidak merelakan dirinya menjadi istri Suyudana. Kemalangan Prabu Suyudana yang mendapatkan Banowati tentu saja lebih menyakitkan Banowati dan Arjuna, karena cintanya telah dipisahkan oleh Prabu Suyudana.
Untuk menyelamatkan anak Arjuna dengan Banowati, Arjuna meminta pertolongan pada Prabu Kresna. Dengan bantuan Prabu Kresna, maka setelah dilahirkan, segera ditukar dengan anak jin yang dicipta menjadi manusia, yang nantinya di beri nama Lesmana Mandrakumara. Sedangkan anak Arjuna dari Banowati, yang ternyata seorang perempuan.di ikutkan di Pertapan Ngandongsumawi, menjadi anak Dewi Manuhara, yang kebetulan bersamaan waktunya melahirkan seorang anak perempuan, maka anak Arjuna dengan Banowati dijadikani saudara kembar Endang Pregiwa, diberi nama Endang Pregiwati.
Dursasana, satria Banjarjungut, mempunyai istri Dewi Saltani putera Adipati Banjarjungut, Dari Dewi Saltani
Dursasana mendapatkan seorang putera, bernama, Durcala. Durcala tewas oleh Gatutkaca, ketika Gatutkaca mendapatkan Aji Narantaka, dan Durcala, sebagai korban pertama Aji Narantaka.Kejadian tadi terjadi sebelum Perang Baratayuda. Durcala juga disebut Dursala.
Dursasana mendapatkan seorang putera, bernama, Durcala. Durcala tewas oleh Gatutkaca, ketika Gatutkaca mendapatkan Aji Narantaka, dan Durcala, sebagai korban pertama Aji Narantaka.Kejadian tadi terjadi sebelum Perang Baratayuda. Durcala juga disebut Dursala.
Dalam persenjataan, Kurawa hanya memiliki beberapa senjata andalan. Senjata pusaka yang dikenal,dimiliki oleh Adipati Karna, berupa senjata Kunta Wijayandanu, Kala Dite, Aji Kalalupa dan Aji Balasrewu.
Aswatama memiliki senjata panah Nracabala.
Prabu Jayadrata memiliki Kyai Glenggam dan gada Rujakbeling.
Resi Bisma memiliki aji Tameng Wesi, dan Pendita Durna memiliki pusaka panah Nracabala dan
Cundamanik juga aji Danurwenda.
Dursasana, dengan keris bernama kyai Barla, sebuah keris besar dan panjang.
Dengan persenjataan yang tidak terlalu banyak itu, Prabu Suyudana merasa prihatin. Karena persenjataannya
lebih banyak di miliki Pandawa dari pada yang dimiliki Kurawa.Maka Prabu Suyudana sangat mengharap
Prabu Salya, mertuanya dan Prabu Baladewa kakak iparnya bisa bergabung dalam perang Baratayudha.
Prabu Salya memiliki Aji Candrabirawa, dan Prabu Baladewa, memiliki pusaka Kyai Nanggala dan Alugara. Prabu Salya
sebenarnya mau bergabung dengan Pandawa, namun dengan tipu daya Para Kurawa, Prabu Salya terpaksa bergabung
dengan Kurawa, terlebih lebih semua menantunya adalah pendukung Kurawa. Sedangkan Prabu Baladewa, adalah
pendukung Kurawa.
Andaikata Prabu Baladewa bergabung dengan Kurawa, maka tidak ada satupun Pandawa yang bisa mengalahkannya.
Melihat keadaan itu, maka Prabu Kresna mencari akal, agar hal tersebut tidak terjadi. Maka dimintanya Gareng untuk
menantang berkelahi kepada Prabu Baladewa. Prabu Baladewa menjadi marah ketika Gareng menantang berkelahi dengan
Prabu Bakladewa. Disaat itulah Prabu Baladewa lengah, ia melemparkan pusaka Nenggala ke arah Gareng, Gareng lari menyelamatkandiri,
Pusaka Nenggala tidak mengenai Gareng, tetapi mengenai bumii. Sehingga bumi berteriak mengutuk Prabu Baladewa.
Sebenernya bukan bumi yang berteriak, tetap Gareng, salah satu punakawan yang di suruh Prabu Kresna berbuat demikian.
Prabu Baladewa ketakutan, Prabu Kresna menyarankan, agar bertapa di Grojogansewu.
Cerita saya tuntaskan, sebenarnya
oleh Batara Penyarikan, Nama Prabu Baladewa sudah dimasukkan dalam catatannya. didalam perang Baratayuda besok.
Prabu Baladewa telah di stel perangnya dengan Antasena, Antareja dan Wisanggeni. Namun karena ketiga
satria ini memiliki senjata yang luar biasa, kalau sekarang mungkin setingkat nuklir, sangat membahayakan umat. Mereka
mungkin bisa memusnahkan Kurawa, tetapi imbasnya Pandawa juga akan tewas semua, dan bahkan bisa menghancurkan dunia. Maka salah satu jalan, Prabu
Kresna menghadap Batara Guru, agar ketiga satria itu dikenmbalikan ke Kahyangan, karena mereka bertiga juga keturunan dewa. Antareja keturunan Dewa Antaboga, Antasena keturunan Batara Baruna, sedangkan Wisanggeni adalah keturunan Batara Brahma. Batara Guru merestui, mereka pun pulang kekahyangan.
Mengenai perkenalan dengan 100 Kurawa, kami sebelumnya hanya mengenal beberapa Kurawa, seperti Suyudana, Dursasana, Citraksa, Citraksi, Citrayuda, Durmagati, Kertawarma dan Dewi Dursilawati, disamping tokoh diluar Kurawa, yang mendukung Kurawa, seperti Baladewa, Adipati Karna, serta Guru Besar Pandita Durna, Krepa dan Eyang Bisma dan Prabu Drestarastra tentunya.
Wayang Prabu, salam dan terimakasih dari kami.
Komentar
Posting Komentar